Halaman

Senin, 02 Mei 2011

Sungguh Keterlaluan Warga Kita ...!


Sungguh Keterlaluan Warga Kita...!


Sekitar jam 1.30 pagi, saya selesai main bulutangkis di Blok D. Di perjalanan pulang (jalan kaki) saya bertemu salah seorang Petugas Satpam yang sedang berpatroli dengan mendorong motornya. “Kok didorong Pak ?” tanya saya. “Kehabisan bensin Pak..!” jawabnya. Itu kejadiannya ketika saya masih menjabat sebagai Sekretaris RW. Saya tidak tahu menahu tentang dana RW, baik untuk honor Satpam maupun biaya operasional Satpam. Itu urusan Bendahara RW.
            Sekarang saya ditunjuk menjadi Ketua RW, tentu saya ingin tahu semua urusan ke-RW-an. Betapa terkejutnya saya, honor Satpam rata-rata hanya Rp. 400.000,- (empatratusribu rupiah) per bulan !, saya tidak dapat membayangkan bagaimana memberi makan anak-istrinya !. Honor itupun harus dikurangi dengan pembelian bensin untuk mereka patroli !, gila !.
            Saya kembali teringat peristiwa lalu itu. “Masya Allah, penghuni rumah-rumah di sebelah di mana Satpam mendorong motornya sudah tidur pulas di ruang ber-AC, aman, bersih, nyaman...tega ‘menyiksa’ Satpam seperti ini !”. Mereka hanya merasa “saya sudah membayar iuran ke RT...” tapi tidak mau tahu, apalagi peduli, berapa sampai RW dan berapa sampai Petugas Satpam ?. Jika dirata-ratakan, maka iuran RT ke RW    = Rp. 300.000,00. Jika setiap RT ada 40 rumah yang terisi, maka setiap rumah memiliki andil membayar iuran hanya Rp. 300.000,00/ 40 = Rp. 7.500,00 (tujuhribulimaratus rupiah) per bulan !. Jika dihitung per hari, maka andilnya hanya Rp. 7.500,00/30 = Rp. 250,00 (duaratuslimapuluh rupiah). Kembali “Masya Allah !, dengan andil Rp. 250,00 per hari, mereka minta bersih dan aman !”, itulah keterlaluannya warga kita.
            “Kencing di WC umum saja bayar Rp. 1.000,00” kata seseorang. Itupun tanpa jaminan kebersihan, tanpa jaminan keamanan,” dan itupun hanya urusan pribadi sesaat (tidak sampai 5 menit), kenapa berat bayar Rp. 1.000,00 itu ke RW per hari untuk kebersamaan seluruh warga, dan untuk waktu 24 jam penuh  ???.
           
            Kondisi seperti ini sudah saya sampaikan di Rapat RT-RW-PKK hari Minggu (1/5) kemarin dan mengharapkan kesadaran akan partisipasi warga dan RT untuk memberi iuran ke RW (yang mengkoordinir Satpam dan Pembuangan Sampah) yang memadai. Disebut memadai adalah menjadi RW Mandiri yang mampu membiayai seluruh biaya operasionalnya sendiri (sampah dan keamanan). Selama ini kita masih tergantung pada ‘pemberian’ dari pihak-pihak luar, seperti kios-kios, YP. Rachmani, perumahan Andhika, dan sebagainya. Tanpa kemandirian, tidak ada kewibawaan.
            Mulai bulan ini, ‘pendapatan’ RW (termasuk kios-kios, YP Rachmani, perumahan Andhika, dsb.), mulai minus (defisit) akibat dari kenaikan seluruh honor Satpam (karena Pengurus RW sudah tidak kuat menahan rasa pedih melihat honor Satpam). Bila tidak segera dibenahi (disesuaikan iurannya), maka RW terpaksa hanya akan menjalankan fungsi sebagai perantara surat-surat administratif dari Pemerintah ke warga dan warga ke Pemerintah. Segala urusan kebersihan dan keamanan akan dikembalikan ke masing-masing RT.

            Beberapa info yang kami himpun dari rekan-rekan kerja kami di Universitas Gunadarma diperoleh bahwa ada yang tinggal di Perumahan Depok Lama Alam Permai, membayar iuran ke RW sebesar Rp. 150.000,00 (seratuslimapuluhribu rupiah) per bulan, kebersihan dan keamanan menjadi beban kerja RW. Yang tinggal di Mutiara Depok membayar iuran ke RT sebesar Rp. 100.000,00 (seratusribu rupiah) dan dari RT ke RW menyetor Rp. 90.000,00 (sembilanpuluhribu rupiah) per rumah, kebersihan dan keamanan menjadi beban kerja RW. Yang tinggal di Perumnas Depok Timur, RW menerima iuran dari RT Rp. 270.000,00 (duaratustujuhpuluhribu rupiah), tapi keamanan dan kebersihan ditanggung RT masing-masing. Yang di perumahan Bukit Waringin Bojonggede membayar iuran ke RT sebesar Rp. 25.000,00, dan dari RT Rp. 10.000,00 tetapi kebersihan dan keamanan semuanya diurus oleh RT masing-masing. Yang paling murah ada di perumahan Taman Puspa di sebelah Brimob Kelapa Dua. Iuran ke RW tidak ada, alias Rp. 0, yang ada hanya iuran ke RT sebesar Rp. 70.000,- (tujuhpuluhribu rupiah), karena RT-lah segala urusan kebersihan dan keamanan lingkungan. RW hanya mengutip Rp. 10.000,00 (sepuluhribu rupiah) per surat yang diurus warga. Murah ??? hehehe...

            Apakah kita memang tergolong warga yang paling miskin ??? (dari hasil rapat kemarin saya harapkan setiap rumah memberi iuran Rp. 500,- per rumah/ hari kepada RW atau Rp. 15.000,- per bulan. Lebihpun tidak mengapa). Semoga ini terlaksana, malu dengan rumah gedong dan mobil yang berjejer di rumahnya......
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar