Halaman

Senin, 02 Mei 2011

Hati-hati !, Ada Provokator !!


Hati-hati, ada Provokator


Alhamdulillah, organisasi kita diisi sebagian besar oleh para Sarjana (baik S1, S2 maupun S3). Orang-orang semacam ini memiliki pemikiran yang strategis, logis, dan realistis yang dilandasi oleh kemampuan analisis dan berlandaskan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Namun sayang, di sebagian warga kita (baik yang menetap, pendatang, atau musiman) banyak yang belum mencapai level sarjana, bahkan ada yang lulusan SD maupun tidak tamat SD (khususnya penduduk musiman, misalkan pedagang, pengayuh becak, tukang sayur) dan semacamnya.
            Ada kelemahan dari orang-orang di level tersebut (apalagi yang tidak berpengalaman), yaitu masuknya provokator yang lihai mempengaruhi mereka. Umumnya, provokator adalah orang-orang yang vokal, penduduk lama, yang suaranya tidak didengar atau kurang ditanggapi oleh pejabat-pejabat formal di lingkungannya, dan mereka yang pernah menduduki jabatan formal tersebut namun kini tidak dipakai kembali (padahal dirinya masih berharap).
            Provokator juga bisa merupakan orang yang sok berkuasa di masanya, sehingga ketika ia berkuasa, semua perkataannya adalah hukum (peraturan) bagi organisasinya. Baik perkataannya itu benar maupun salah. Yang penting, dirinya mendapatkan keuntungan dari jabatannya itu, baik keuntungan secara materi, penghormatan berlebihan, maupun keuntungan-keuntungan lain yang memuaskan egonya.
            Orang seperti ini berbahaya, karena kepuasan hatinya setelah ia tidak berkuasa lagi adalah “penggantinya tidak boleh bekerja sehebat dirinya” atau “senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang.” Ia akan menghimpun ‘orang-orang bawah’ untuk merusak tatanan yang akan dibangun oleh penggantinya (karena ia pasti akan ketahuan keburukannya ketika dilakukan tatanan ke arah kebenaran).
            Bagaimana menghadapinya ?. Ada banyak cara (1) tunggu sampai ajal menjemputnya, (2) tunggu sampai ia sakit sehingga tak dapat berbuat apa-apa, (3) perbuatan baik dari penggantinya, biar yang dihasut tidak jadi terhasut, (4) counter/ lawan dengan isu-isu kebaikan, dan sebagainya. Namun demikian, sebaik-baiknya cara adalah berdoa kepada Tuhan, semoga dirinya diberi kesadaran akan nilai-nilai baik sehingga menyadari kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukannya.
            Untuk itu, saya berdoa: “Ya Allah ya Tuhan kami yang Maha Meluruskan Hati Orang, luruskanlah hati saudara-saudara kami yang memusuhi kami, menghasut kami, dan tidak senang melihat kami berhasil. Tunjukilah jalan yang benar sehingga ia dapat menerima kebenaran dan menjalankannya, dan tunjukilah jalan yang salah, agar ia sadar dan mau menghindarinya. Aamiin.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar