Halaman

Minggu, 05 Juni 2011

Pengolahan Limbah Menjadi Pupuk Kompos

Pada Sabtu, 4 Juni 2011 mulai Pk. 09.30 - 12.15 telah dilangsungkan pertemuan warga RW.03 yang peduli dengan kebersihan lingkungan yang tergabung pada Komunitas Peduli Lingkungan Hijau dan Bersih (nama sementara) RW.03 di Saung Indah RT. 08/03. Acara ini dilakukan atas prakarsa Bp. Siswanto Imam P. (Anggota Divisi Hubungan Masyarakat dan Hubungan Luar) RW. 03. Ada tiga materi yang dibahas yaitu 1). Pengenalan sampah, 2). Pengenalan peralatan pembuatan pupuk kompos, dan 3). Praktek pembuatan pupuk kompos.

Hadir pada kesempatan itu, 15 warga dan 2 tamu (sebagai narasumber). Pengurus RW.03 yang hadir antara lain, Ketua RW (Bp. Bambang Wahyudi), Anggota Divisi Hubungan Masyarakat dan Hubungan Luar (Bp. Siswanto), Koordinator Divisi Pemberdayaan Potensi Masyarakat (Bp. Suyono), Koordinator Divisi Penataan Lingkungan (Bp. Suryadi), Koordinator dan Anggota Divisi Administrasi Kependudukan (Bp. Marsono dan Bp. Suyitno), Anggota Divisi Sosial, Keagamaan dan Kematian (Bp. Yahya dan Bp. Joko), Koordinator Divisi Olahraga (Bp. Yubert), Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sukmajaya, Bp. Arief Y., dan warga (tokoh masyarakat) lain.

Sedangkan narasumber yang hadir adalah 1). Bp. Edy Sancoko dan 2). Bp. Holid, keduanya dari LPPSE (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sosial Ekonomi) sebagai konsultan dan praktisi bidang lingkungan di wilayah Jakarta, Tangerang, dan lain-lain.

Praktek Komposisasi

Sebagian Peserta yang Hadir
Bp. Anom Wibisono (salah satu warga kehormatan yang hadir) yang juga merupakan anggola LSM yang memproduksi pupuk (khususnya pupuk cair) menyampaikan bahwa "Oksigen adalah produksi dari Allah yang hanya diberikan ketika dunia diciptakan, selebihnya manusia sendiri yang harus melestarikannya. Sedangkan produsen oksigen alami (untuk menjaga kelestarian oksigen Allah) adalah pohon, oleh karena itu, manusia harus melestarikan keberadaan pohon di sekelilingnya. Tanpa oksigen, seorang manusia hanya mampu bertahan 5 - 20 menit saja." Beliau juga mengatakan "kita harus mengubah paradigma semboyan "buanglah sampah pada tempatnya" menjadi "olahlah sampah menjadi produk yang bermanfaat," dengan kata lain, menggerakkan setiap individu untuk mau mengolah sampah."

Bp. Siswanto mengutarakan bahwa pertemuan ini adalah pertemuan awal yang akan ditindaklanjuti dengan pertemuan-pertemuan berikutnya sambil mencoba mempraktekkan pembuatan pupuk kompos ini. Diharapkan, kegiatan ini dapat direalisasikan sesegera mungkin dengan melibatkan banyak warga yang peduli dengan lingkungan, juga akan melibatkan RW.02 karena sampah mereka juga dibuang di TPSS ini.

Bp. Aditya, salah seorang warga yang juga peduli lingkungan, mengutarakan keberhasilan beliau di wilayah tempat tinggal sebelumnya. Di sana warga tetap membayar iuran sampah, namun dibayar kembali oleh pengelola sampah (karena sampah mereka bisa dijual dalam bentuk pupuk). Dengan adanya penghasilan tambahan yang diterima oleh warga, maka setiap pertemuan dengan RT atau RW yang semula "diundang 10 yang datang hanya 2" kini menjadi "yang diundang 10 yang datang lebih dari 10."

Pada kesempatan itu pula dipraktekkan cara membuat pupuk kompos yang sangat mudah, yaitu dengan merajang (memotong kecil-kecil) limbah dapur (seperti sisa makanan, kepala ikan, kulit atau biji buah, batang atau daun sayur-mayur, dsb), kemudian dimasukkan ke dalam wadah bertutup (mini komposer untuk ukuran kecil/ rumah tangga), kemudian dibasahi (disemprot) cairan molase dan bioaktivator (bakteri penghancur/ pengurai) agar lembab, kemudian wadah tersebut ditutup. Setiap ada tambahan sampah (misalnya di hari berikutnya), lakukan hal yang sama (dirajang, disemprot, kemudian ditutup kembali). Biasanya sampah akan terurai (membusuk dalam bentuk bubur) selama 7 - 12 hari (tergantung jenis sampahnya). Setelah menjadi bubur, agar tidak mengeluarkan bau yang menyengat, maka ditambahkan serbuk gergaji dan/ atau bubuk arang setengahnya, diaduk hingga rata untuk selanjutnya dikeluarkan dari wadah untuk dianginkan (dijemur namun tidak terkena sinar matahari langsung). Setelah agak kering, bisa dimasukkan ke plastik atau kemasan (bila ingin dijual), atau langsung ditaburkan di tanaman sendiri.

Selain sampah dapur, juga dapat dilakukan dengan sampah halaman (daun-daun kering). Caranya hampir sama, yaitu dilakukan pencacahan dan disemprot cairan bioaktivator hingga terjadi pelembaban. Dalam waktu yang hampir sama, pupuk kompos sudah dapat dimanfaatkan. Selain kedua cara tersebut, juga dijelaskan cara-cara lainnya (bisa menggunakan drum yang ditanam, dan sebagainya).

Pada kesempatan itu Bp. Siswanto juga akan mengusahakan perolehan mesin pencacah dari Pemda atau dari instansi-instansi lain agar produksi pupuk kompos dari warga kita bisa dirasakan manfaatnya bagi warga dan lingkungan.(juga bisa menjadi tambahan penghasilan bagi warga). Pertemuan berikutnya direncanakan pada minggu depan untuk melihat hasil contoh proses komposisasi sampah hari ini dan rencana-rencana kerja berikutnya. Bagi warga yang ingin berpartisipasi, baik dalam hal memberikan informasi, ingin bertanya, atau menjadi anggota komunitas, silakan hubungi Bp. Siswanto di nomor: 08129241078.

Mari kita wujudkan semboyan "Kebersihan adalah sebagian dari iman" dan "Bersih pangkal sehat" serta menyempurnakan semboyan "berani kotor itu baik" dengan "berani bersih itu jauh lebih baik," semoga kita termasuk orang-orang yang beriman dan selalu sehat karena menjalankan pola hidup bersih. Aaminn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar