Innalillahi wa innalillahi roji'un, telah berpulang ke Rahmatullah, bapak Suryadi, Pondok Sukmajaya Permai, Blok D 1 No. 4 Depok, pada hari Kamis, 18 April 2013 sekitar pk 22.00 di RS. Gator Subroto, Jakarta.
Jenasah akan dikebumikan pada Jum'at, 19 April 2013 ba'da sholat Jumat. Pemakaman akan dilaksanakan di pemakaman Lemperes, Depok.
Beliau adalah Pengurus RW.03 divisi Penataan Lingkungan. Semoga dosa-dosa beliau diampuniNya dan diterima di tempat yang baik dan kepada keluarga yang ditinggalkan, diberi ketabahan dalam menjalani hidup ini.
Selamat jalan Pak Sur !, doa kami menyertaimu.
Jumat, 19 April 2013
Kamis, 18 April 2013
Pelayanan Pembayaran PBB
Melalui Surat dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Depok, Nomor 973/36-P2, Tanggal 17 April 2013, Perihal Penagihan Aktif PBB yang ditandatangani oleh a/n. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan Aset, Kepala Bidang Pendapatan II (Drs. Supian Suri, MM), diinformasikan bahwa:
1. Dalam rangka percepatan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yang terakhirnya Agustus 2013;
2. Sebagai usaha mendekatkan pelayanan kepada para wajib pajak;
3. Diberikan jadwal pelayanan pembayaran PBB, baik tunggakan PBB tahun-tahun sebelumnya maupun tahun yang sedang berjalan;
4. Untuk Kelurahan Sukmajaya ini, jadwal diberikan pada:
Demikian informasi tersebut, silakan dimanfaatkan.
1. Dalam rangka percepatan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yang terakhirnya Agustus 2013;
2. Sebagai usaha mendekatkan pelayanan kepada para wajib pajak;
3. Diberikan jadwal pelayanan pembayaran PBB, baik tunggakan PBB tahun-tahun sebelumnya maupun tahun yang sedang berjalan;
4. Untuk Kelurahan Sukmajaya ini, jadwal diberikan pada:
SABTU, 20 APRIL 2013, bertempat di Kantor Kelurahan Sukmajaya
Demikian informasi tersebut, silakan dimanfaatkan.
Minggu, 07 April 2013
Tulisan Saya di Buletin MUTIARA Edisi April 2013
DERAJAT MANUSIA
Ketika
saya bertanya kepada orang lain, “siapa orang yang paling Anda hormati saat ini
?,” maka akan muncul jawaban yang beragam dari setiap orang yang saya tanya.
Ada yang menjawab “orang tua,” ada yang menjawab “guru,” ada yang menjawab
“presiden,” ada yang menjawab “atasan,” dan sebagainya. Sebetulnya, jawaban
apapun, mereka yang dihormati akan memiliki ciri yang sama.
PEMIMPIN
Mereka
yang dihormati pasti ia adalah seorang pemimpin, baik pemimpin keluarga,
pemimpin masyarakat, maupun pemimpin umat. Nabi Muhammad SAW, pasti merupakan
orang yang paling dihormati bagi umat Islam. Karenanya, seorang pemimpin selalu
mendapat derajat yang lebih tinggi oleh Tuhan dari orang yang dipimpinnya,
seperti pepatah “tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah.” Tentu
saja, pemimpin itu haruslah pemimpin yang amanah yang menuntun seluruh orang
yang dipimpinnya menuju kehidupan yang lebih baik, baik dalam sisi duniawinya
maupun akhiratnya.
Dalam
beragama, tentu saja setiap umat diharapkan mengejar derajat
setinggi-tingginya, misalkan sholat berjamaah memiliki nilai (derajat) yang
lebih tinggi dari sholat sendiri, maka usahakanlah sholat berjamaah. Seorang
imam (pemimpin sholat) memiliki derajat yang lebih tinggi dari makmumnya, maka
berusahalah untuk mampu menjadi imam. Seorang pemimpin warga memiliki derajat
yang lebih tinggi dari warganya, maka berusahalah menjadi pemimpin warga.
Perhatikan
diri kita dan sekeliling kita, kita sering berpikir dan berperilaku terbalik,
menolak bila Tuhan akan meninggikan derajat kita, malas sholat berjamaah, dan
malas (dan bahkan, maaf, marah-marah kalau diminta) menjadi pemimpin warga. Ini
fakta nyata yang hampir tak terbantahkan.
PANUTAN
Mereka
yang dihormati, pasti memiliki perilaku yang pantas dijadikan panutan
(teladan). Ini yang sudah mulai langka di negara kita. Tapi, maukah kita
sebagai orang tua tidak lagi dihormati anak-anak kita ?. Anak-anak sekarang
sangat kritis, ia tidak akan begitu saja percaya atas apa yang kita ucapkan, tetapi mereka
juga akan memperhatikan apa yang kita lakukan (perilaku).
“Orang
akan semakin tinggi derajatnya jika ia semakin tidak bebas hidupnya,
sebaliknya, orang akan semakin rendah derajatnya jika ia semakin bebas hidupnya,”
dengan kata lain, “orang akan semakin tinggi derajatnya jika ia sanggup menerima
semakin banyak peraturan bagi dirinya, bahkan ia menambah lagi
peraturan-peraturan itu dengan peraturan yang ia buat sendiri.” Contoh, seorang
bangsawan Inggris, sampai-sampai memiliki aturan untuk melambaikan tangan, bagaimana
duduk di kursi makan, bagaimana bersalaman dengan tamu, dan sebagainya. Iapun
memiliki peraturan yang ia buat sendiri untuk memantaskan diri bahwa ia seorang
bagsawan.
Jadi,
jika kita sebagai orang tua, maka kita harus menaati segala peraturan dari lingkungan
(misalkan peraturan negara) kepada kita, dan kita harus memiliki peraturan
sendiri yang memantaskan diri bahwa kita ini adalah orang tua. Jika kita adalah
seorang pelajar, maka kita harus menaati segala peraturan sebagai pelajar, dan
menjaga diri (membuat aturan sendiri) sehingga kita pantas disebut dengan
pelajar, demikian seterusnya, sebagai apa kita. Karena peran kita bisa
berubah-ubah, misalkan di rumah sebagai orang tua, di kantor sebagai pegawai,
di lingkungan kita sebagai warga negara, maka
pepatah “di mana bumi dipijak, di sanalah langit dijunjung” harus
diikuti.
Perhatikan
lagi, siapa orang yang paling rendah derajatnya ?, merekalah orang yang paling bebas
di dunia ini, yaitu siapa orang yang tidak mau menaati seluruh peraturan yang
ada, ialah orang gila !. Jadi, konsep “kebebasan pers” misalnya, tidak berarti
insan-insan pers boleh bekerja semena-mena, tidak berarti boleh menyebarkan
berita bohong atau mengadu domba seenaknya, bagaimanapun mereka tetap memiliki
peraturan dan prosedur yang harus ditaatinya.
BERKORBAN
Sifat
orang yang dihormati adalah penuh pengorbanan diri untuk mereka yang
dipimpinnya. Seorang ayah yang bekerja keras untuk menafkahi seluruh anggota
keluarganya, merupakan salah satu contoh pengorbanan diri. Karenanya, ketika ia sedang bekerja, tak
ubahnya ia sedang berjihad di jalan Tuhan, sehingga bila ia meninggal ketika
bekerja, maka Tuhan akan menjanjikan surga untuknya.
Sifat
ini yang masih jarang kita temui di diri pemimpin-pemimpin kita, malah
sebaliknya, ada di antara mereka yang suka mengorbankan orang lain untuk
membela kepentingan pribadinya. Mengapa kita perlu berkorban untuk orang lain
?, karena Tuhan tidak memerlukan (apapun yang bisa kita lakukan untukNya),
justru kitalah yang memerlukanNya, khususnya di akhirat kelak. Karena dunia dan
seisinya ini adalah urusanNya, maka jika kita berbuat baik kepada lingkungan (termasuk orang lain), maka Tuhan
akan membalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat, termasuk dengan surgaNya.
Sampai-sampai ada kisah yang menceritakan bahwa kelak ada seorang pelacur yang
akan masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing yang kehausan.
IKHLAS
Ini
adalah kunci paling utama untuk menerima gelar sebagai orang yang “berderajat
tinggi” di mata Tuhan. Apakah sebagai orang tua kita melakukan penghitungan
berapa biaya yang telah kita keluarkan untuk menghidupi anak-anak kita untuk
suatu saat kita lakukan perhitungan dengan anak-anak kita ?. Tentu tidak,
karenanya jangan coba-coba kita ungkit itu kepada anak-anak kita semisal ketika
kita marah kepada mereka kita katakan “dasar anak tak tahu diuntung !,” atau
“sudah capek-capek ayah bekerja, kok
tidak dihargai !,” dan semacamnya. Itu akan mengurangi nilai keikhlasan kita.
Ikhlas
adalah semacam pepatah “kita memberi tanpa kita berharap mendengar ucapan
terima kasih dari penerimanya.” Sebaliknya, jika kita menerima kebaikan dari
orang lain, segeralah kita menngucapkan terima kasih kepadanya, dan berjanji
dalam hati, suatu saat kita akan membalas kebaikan itu.
Keikhlasan
ini yang amat mahal harganya. Banyak pemimpin bangsa yang melakukan
praktek-praktek kotor untuk bisa menjadi pemimpin. Pemimpin yang hanya
memikirkan keuntungan bagi dirinya, keluarganya atau kelompoknya saja, tidak
ubahnya seperti orang gila, ia akan jatuh serendah-rendahnya derajat di hadapanNya.
Karenanya,
penulis mengajak diri sendiri dan para pembaca untuk selalu berusaha
meningkatkan kemampuan diri agar pantas menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang
paling rendah adalah memimpin diri sendiri, tapi jangan hanya berhenti di situ,
tingkatkan kemampuan untuk menjadi pemimpin kelompok-kelompok kecil, dan
seterusnya agar derajat kita semakin tinggi di hadapanNya. Aamiin.
Langganan:
Postingan (Atom)